Mata Yang Enak Dipandang
Identitas Buku.
Judul : Mata yang Enak Dipandang
Penulis : Ahmad Tohari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 216 Halaman
Terbit : Cetakan Kedua, Maret 2015
“Bagaimana
aku bisa mengenali mata orang-orang yang suka memberi?”
“Mata orang
yang suka memberi memang beda.”
“Seperti
apa bedanya?”
“Mata orang
yang suka memberi, kata teman-teman yang melek, enak dipandang. Ya, kukira
betul; mata orang yang suka memberi memang enak dipandang.”
Begitulah salah
satu kutipan percakapannya.
Kumpulan 15 cerpen karyanya
yang terbit pada rentang tahun 1983 hingga 1997 ini tersebar dalam beberapa media
cetak. Sayangnya, cerpen dalam buku ini menampilkan sejarah penerbitan pada
Harian Umum Kompas dan Majalah Kartini saja. Ada beberapa cerpen yang tidak
tidak memiliki sejarah penerbitan bahkan riwayat penulisan. Pembaca dapat
menemukannya pada judul-judul di bagian tengah buku ini.
Kelimabelas cerpen ini juga
bisa dianggap sebagai sebuah kesatuan. Baik secara latar maupun entitas
kehidupan lainnya. Kecuali cerpen terakhir, yang mengambil latar Tatar
Parahyangan Garut-Ciamis. Seandainya setiap cerita dalam kumpulan cerpen ini
berkumpul dalam satu kampung, maka lengkaplah fenomena kehidupan yang coba
diangkat oleh Ahmad Tohari.
Kumpulan
cerpen ini dibuka dengan cerita berjudul ‘Mata Yang Enak Dipandang’, sama dengan judul bukunya. Mengisahkan Mirta yang seorang
pengemis buta dan Tarsa si penuntun jalan. Mereka terlibat dalam sebuah situasi
yang tidak saling menguntungkan. Tarsa terlanjur egois untuk memaksa Mirta
menuruti keinginannya. Padahal, mereka belum mendapat hasil dari pekerjaan
mengemis. Hari itu, Mirta ingin mengemis di kereta kelas tiga karena menurutnya
penumpang disana punya mata yang enak dipandang. Tidak seperti penumpang di
kereta kelas satu yang dalam mata mereka membawa kesan dari dunia yang amat
jauh. Akhir yang satir menjadi penutup sempurna bagi kisah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar