Kamis, 20 Februari 2020

Download Nh. Dini - Dari Ngalian Ke Sendowo

| Kamis, 20 Februari 2020

Dari Ngalian ke Sendowo

Penulis                                     : Nh Dini
Desain sampul                         : Suprianto
Ilustrasi Menara Kudus           : Ade Pristi
Setter                                       : Fitri Yuniar
ISBN                                       : 9786020316512
Halaman                                  : 268
Cetakan                                   : Pertama-25 Mei 2015
Penerbit                                   : PT Gramedia Pustaka Utama
Harga                                      : Rp 65.000
Garis nasib tidak selalu lurus. Juga tidak selalu mulus. Di samping kepuasan-kepuasan, kegembiraan-kegembiraan, tentu tersuguh juga kerumpilan dan kekecewaan dalam kehidupan manusia.
~hal 244
ke.rum.pil.an
Nomina (kata benda) perihal rumpil; kesukaran; kesulitan; kesusahan: berbagai kerumpilan yang dihadapi untuk mencapai keberhasilan
Salah satu keuntungan membaca karya Eyang Nh. Dini adalah saya bertambahnya kosakata saya. Tentunya selain hiburan membaca kisah dalam Seri Cerita Kenangan.  Bagi banyak orang yang berkecimpung di dunia sastra, kata kerumpilan mungkin bukan kata yang baru. Tapi bagi saya yang hanya sekedar hobi membaca, kata tersebut menjadi tambahan kosakata baru.

Sebanyak  xxi + 268 +  xxi halaman berisi  autobiografi si penulis, saya meyebutnya dengan sapaan eyang.  Buku ini memaparkan tentang kehidupan eyang diusia sepuh. Meski berusia senja, eyang seakan memiliki energi yang tidak pernah habis untuk mengurusi pondok baca, menjadi pembicara serta berbagai keiatan yang terkait dengan dunia sastar di tanah air. 

Kisah dalam buku ini terjadi antara kurun tahun 2000-2006 saat eyang memutuskan untuk tinggal di rumah jompo Yayasan Wredha Mulya di Sendowo, Sleman, DIY, YWM. 

Tidak hanya kisah, jika diperhatikan dengan lebih seksama, eyang juga memasukan tambahan ilmu saat mengulas tentang suatu hal.  Saat menerima hadiah dari Ratu Sirikit di Bangkok misalnya, eyang juga memberikan ulasan singkat mengenai latar belakang Thailand. Selain membuat pembaca memiliki bayangan mengenai lokasi kisah, ikut merasakan apa yang dirasakan penulis, pembaca juga menjadi tahu tentang negara Thailand, meski hanya garis besar saja. 

Saya terbuai dengan paduan rangkaian kata dan sikap eyang yang mandiri meski usia sudah sepuh. Tak ada alasan untuk tidak mandiri. Eyang justru memilih tinggal di YWM karena memiliki keinginan untuk tidak merepotkan orang lain. Kontras memang, saat banyak penghuni panti jompo yang merasa dibuang oleh keluarganya karena dikirim ke sana.

Satu lagi prinsip hidup eyang yang sangat saya kagumi adalah cara berpikir yang sangat realitis. Perihal keuangan eyang sangat mandiri, segala pengeluaran tentunya menjadi pemikirannya. Tak terkecuali Pondok Baca. Saat menerima hadiah songket, eyang meminta seorang pembesar daerah menukar songket itu dengan sejumlah uang. Bukan tidak menghargai pemberian, eyang sangat sadar tidak akan mampu mempergunakan kain tebal tersebut. Uang bermanfaat bagi pengembangan serta kelangsungan Pondok Baca.

Saya jadi teringat sebuah tas jinjing halus yang saya hadiahkan saat bertemu. Melihat eyang yang kerepotan membawa aneka barang, saya aturi tas tersebut kebetulan masih baru. Jika dipakai, tentunya saya bersyukur, jika nasibnya seperti songket itu, saya juga bersyukur karena telah berpartisipasi dalam urusan Pondok Baca, meski secara tidak langsung.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar