Milea,
Suara dari Dilan
Aku tidak jadi nelepon si Komar, tapi sudah
membaca dua buku yang ditulis oleh Pidi Baiq, judulnya “Dilan, Dia Adalah
Dilanku Tahun 1990” dan “Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991”.
Kebetulan kedua buku itu bercerita tentang
kisah asmaraku dengan Lia (Milea Adnan Hussain) pada waktu masih duduk di
bangku SMA, tahun sembilan puluhan di Bandung.
Sebetulnya aku tidak ingin berpikir apapun
soal itu. Tapi setelah kedua buku itu aku baca, terus terang, aku seperti
merasa mendapatkan kehidupanku yang lama sedang kembali. Otomatis semuanya
serasa seperti hidup lagi.
Aku juga gak mau menilai lebih jauh mengenai
isi bukunya. Tapi waktu kubaca, aku banyak menghabiskan waktu untuk menelaah
lebih jauh apa sih yang Lia pikirin, apa sih yang Lia rasakan saat itu. Kukira
semua itu bukanlah omong kosong. Itu, buat aku pribadi, sangat menarik,
termasuk aku jadi tahu bagaimana dulu Lia memandang diriku melalui apa yang dia
ungkapkan.
Meski sebagian besar yang dikatakan oleh Lia
pernah Lia ungkapkan sendiri secara langsung ke aku, tapi di buku itu, Lia
seperti bercerita dengan tanpa penghalang. Rasanya, gimana ya? Bebas merdeka
tanpa tedeng aling-aling.
Di dalam buku itu, aku sendiri menikmati cukup
banyak momen-momen berharga yang diceritakan oleh Lia. Sesuatu yang perlu
dipertimbangkan kalau aku ingin kembali mengenang. Di sana Lia ngasih tahu
bagaimana dia merasakan kembali hal-hal yang sudah lama berlalu. Sampai-sampai
aku mengira, dengan buku itu Lia sedang berusaha menggali perasaanku untuk
merasakan hal yang sama dengan apa yang dia rasakan saat itu.
Aku tahu tidak ada yang bisa aku lakukan
selain menghargai apa yang jadi pendapatnya. Aku memliki rasa hormat
setinggi-tingginya untuk mengatakan kepadanya bahwa itu adalah sepenuhnya hak
Lia untuk bebas bicara, dan kemudian tetap saja semuanya adalah sejarah.
2
Samasekali gak pernah kuduga kalau kisahku
dengan Lia akan ditulis jadi buku. Dan sebetulnya aku malu, karena di buku itu
aku ngerasa jadi tokoh utama yang punya kedudukan cukup istimewa, terutama
kalau Lia sudah mulai memujiku.
Juga sekaligus jadi risih, karena di situ aku
betul-betul jadi kayak orang yang amat dimaui. Seolah-olah, aku ini, yang
barusan makan nasi bakar, adalah orang yang paling menakjubkan di dunia dan
juga romantis dengan apa yang pernah aku lakukan kepadanya. Sebagian besar yang
bisa aku lakukan untuk hal itu adalah cuma tersenyum.
Tapi, kukira, kalau dulu Lia punya sikap macam
itu ke aku, harusnya bisa kuanggap sebagai hal yang normal, karena kalau ada
orang yang sudah cinta ke kamu, dia hanya akan melihat sisi baikmu. Dan kalau
kamu berpikir tentang hal ini, kebanyakan kisah cinta memang selalu dimulai
dari hal macam itu.
Link
Download ada di bawah ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar