Jumat, 17 April 2020

Download pdf Milea-Suara dari Dilan - Pidi Baiq

| Jumat, 17 April 2020

Milea, Suara dari Dilan


Aku tidak jadi nelepon si Komar, tapi sudah membaca dua buku yang ditulis oleh Pidi Baiq, judulnya “Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990” dan “Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991”.

Kebetulan kedua buku itu bercerita tentang kisah asmaraku dengan Lia (Milea Adnan Hussain) pada waktu masih duduk di bangku SMA, tahun sembilan puluhan di Bandung.

Sebetulnya aku tidak ingin berpikir apapun soal itu. Tapi setelah kedua buku itu aku baca, terus terang, aku seperti merasa mendapatkan kehidupanku yang lama sedang kembali. Otomatis semuanya serasa seperti hidup lagi.

Aku juga gak mau menilai lebih jauh mengenai isi bukunya. Tapi waktu kubaca, aku banyak menghabiskan waktu untuk menelaah lebih jauh apa sih yang Lia pikirin, apa sih yang Lia rasakan saat itu. Kukira semua itu bukanlah omong kosong. Itu, buat aku pribadi, sangat menarik, termasuk aku jadi tahu bagaimana dulu Lia memandang diriku melalui apa yang dia ungkapkan.

Meski sebagian besar yang dikatakan oleh Lia pernah Lia ungkapkan sendiri secara langsung ke aku, tapi di buku itu, Lia seperti bercerita dengan tanpa penghalang. Rasanya, gimana ya? Bebas merdeka tanpa tedeng aling-aling.

Di dalam buku itu, aku sendiri menikmati cukup banyak momen-momen berharga yang diceritakan oleh Lia. Sesuatu yang perlu dipertimbangkan kalau aku ingin kembali mengenang. Di sana Lia ngasih tahu bagaimana dia merasakan kembali hal-hal yang sudah lama berlalu. Sampai-sampai aku mengira, dengan buku itu Lia sedang berusaha menggali perasaanku untuk merasakan hal yang sama dengan apa yang dia rasakan saat itu.

Aku tahu tidak ada yang bisa aku lakukan selain menghargai apa yang jadi pendapatnya. Aku memliki rasa hormat setinggi-tingginya untuk mengatakan kepadanya bahwa itu adalah sepenuhnya hak Lia untuk bebas bicara, dan kemudian tetap saja semuanya adalah sejarah.

2
Samasekali gak pernah kuduga kalau kisahku dengan Lia akan ditulis jadi buku. Dan sebetulnya aku malu, karena di buku itu aku ngerasa jadi tokoh utama yang punya kedudukan cukup istimewa, terutama kalau Lia sudah mulai memujiku.

Juga sekaligus jadi risih, karena di situ aku betul-betul jadi kayak orang yang amat dimaui. Seolah-olah, aku ini, yang barusan makan nasi bakar, adalah orang yang paling menakjubkan di dunia dan juga romantis dengan apa yang pernah aku lakukan kepadanya. Sebagian besar yang bisa aku lakukan untuk hal itu adalah cuma tersenyum.

Tapi, kukira, kalau dulu Lia punya sikap macam itu ke aku, harusnya bisa kuanggap sebagai hal yang normal, karena kalau ada orang yang sudah cinta ke kamu, dia hanya akan melihat sisi baikmu. Dan kalau kamu berpikir tentang hal ini, kebanyakan kisah cinta memang selalu dimulai dari hal macam itu.


Link Download ada di bawah ini

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar